Senin, 23 November 2009

KEYAKINAN

Seorang wanita penderita Schizoperenia atau berkepribadian terpecah menarik perhatian kalangan medis beberapa saat lalu. Semestinya tingkat gula darahnya tidak ada yang aneh alias normal sebagaimana manusia sehat lain. Tetapi ketika ia yakin bahwa ia mengidap kencing manis, maka seluruh fisiologi tubuhnya berubah menjadi benar-benar layaknya seorang pengidap kencing manis. Keyakinannyalah yang menjadikan semua itu menjadi nyata.
Cerita lain yang hampir serupa, kasus hipnotis. Dalam pengaruh hipnotis, seorang pemuda disentuhkan punggungnya sepotong es yang dinyatakan padanya sebagai sepotong logam panas. Apa yang terjadi benar-benar di luar dugaan. Kulit pemuda itu tetap melepuh meskipun nyatanya hanya disentuhkan sepotong es, bukan logam panas. Sekali lagi keyakinan menjadikan segala sesuatu nyata, meskipun melawan logika ilmu pengetahuan. Jika otak telah memerintahkan sesuatu, yang meskipun bertolak belakang dengan hukum alam, tidak mustahil akan terjadi. Dari sini, tentulah kita boleh takjub akan kekuatan sugesti.
Dalam dunia kedokteran, muncul pula kesimpulan yang melibatkan pengaruh sugesti terhadap kesembuhan seorang pasien. Hanya dengan menyadari khasiat suatu obat saja, bisa memberikan efek kesembuhan lebih cepat dari mereka yang tidak yakin akan keampuhan obat yang mereka minum. Kenyataan ini sudah sangat disadari oleh kalangan dunia kedokteran. Terkadang obat tidak selalu dibutuhkan, tetapi keyakinan untuk sembuh selalu perlu. Banyak kisah nyata yang bisa mendukung realitas ini, terutama dalam bidang kedokteran yang erat kaitannya dengan kesehatan, penyakit, kesembuhan dan kematian.
Sebagai gambaran lain tentang kekuatan sugesti, mari kita lihat perkembangan sejarah peradaban manusia. Dari situ anda akan bisa menangkap maksud dari tulisan ini. Mengenang Perang Dunia ke-2, berarti mengenang Adolf Hitler. Kita semua tahu siapa itu Hitler! Manusia jahanam yang menjadi penyebab utama kematian lebih dari tiga puluh lima juta manusia. Saya yakin kita semua tidak punya alasan sedikitpun untuk menghormatinya. Namun tetap saja menjadi sebuah fakta yang tidak bisa diingkari siapapun, bahwa kehadiran dan sepak terjangnya telah mempengaruhi perjalanan peradaban manusia dan memberikan pengaruh luar biasa pada sekian banyak orang. Percayalah, saya tidak bermaksud untuk membela apalagi menyanjungnya. Tapi perlu kita ingat, bahwa seburuk apapun seseorang, pasti masih memiliki sisi yang bisa kita petik pelajaran darinya.
Gairah kemiliteran yang meletup akibat kekalahan Jerman pada Perang Dunia ke-1 dan semangat anti Yahudi-nya, telah menimbulkan tragedi kemanusia yang tidak akan pernah bisa dilupakan keganasannya, bahkan hingga hari ini. Hitler juga dituding sebagai biang keladi Perang Dunia ke-2. Apabila kita tengok siapakah itu Hitler, mungkin kita tidak akan percaya. Sebagai orang yang tidak punya pengalaman politik sama sekali dan miskin, Hitler mampu menjadi seorang pemimpin kekuatan dunia yang menonjol. Dalam hal ini Hitler telah membuktikan, hanya dengan modal keyakinan bahwa bangsanya lebih unggul dibanding bangsa lain, telah membawanya ke tampuk kekuasaan. Meskipun, baginya tentu saja, dengan cara biadap sekalipun.
Sebelum kita muak dengan sosok Hitler, marilah kita beralih ke negeri India. Pastinya sosok ini bertolak belakang dengan sosok Hitler. Mohandas Gandhi, seorang tokoh yang berdiri di barisan terdepan pemberontakan bangsa India dari penjajahan Inggris. Sebenarnya Gandhi bukanlah siapa-siapa tanpa sebuah keyakinan, bahwa penjajahan yang penuh dengan kekerasan hanya akan bisa terhenti oleh perdamaian. Pembangkangan sosial Gandhi melalui aksi “tanpa kekerasan”, telah membuktikan, meskipun tidak sepenuhnya, jalan menuju kemerdekaan India. Berkali-kali sejarah membuktikan bahwa siapapun yang mampu mempertahankan keyakinannya, maka ia akan mampu menyetir kemudi sejarah seperti apa yang dia yakini. Anda bisa pelajari kehidupan dan perjuangan orang-orang sebelum mereka menjadi tokoh-tokoh dunia. Mereka besar karena keteguhan atas keyakinan mereka dan mampu menciptakan pengaruh atas banyak orang. Einstein, Newton, Galileo, dan Sukarno adalah salah satu diantara mereka.
Anthony Robbins, seorang penasehat Presiden AS Bill Clinton, menempatkan keyakinan sebagai kunci menuju kesuksesan. Jika kita menyakini keajaiban, maka kita akan menjalani kehidupan yang ajaib. Intinya, keberhasilan bukanlah hasil untung-untungan, namun melalui serangkaian proses kristalisasi keyakinan. Bahkan sekalipun disadari maupun tidak disadari. Karena keyakinan akan memunculkan serangkaian tindakan yang tepat pada serangkaian kesempatan. Bagi mereka yang tidak punya keyakinan, mungkin kesempatan selalu berada di depan mata, namun tidak mampu memberikan reaksi tepat yang menuju ke arah keberhasilan. Tegasnya, apa yang menjadi keinginan dan tindakan berjalan selaras. Mungkin anda pernah kesulitan mencari kunci yang terselip, meskipun telah anda cari dengan teliti di sekeliling anda. Padahal nyata-nyata kunci itu tepat ada di depan anda. Namun kehadirannya tidak anda sadari karena kalimat “hilang” sudah meracuni pikiran anda.
Robbins menempatkan Kolonel Sanders sebagai contoh yang tepat menggambarkan apa yang dia maksud. Kentucky Fried Chicken (KFC), buah karya si tua Sanders, saat ini menjadi salah satu makanan kegemaran dunia. Melalui KFC ini, Sanders berhasil membangun kerajaannya yang membuat dia menjadi milioner. Penolakan atas resepnya sebanyak 1009 kali tidak menyurutkan keyakinannya, meskipun dia harus berkeliling ke seluruh negeri untuk mencari orang yang mendukung idenya tersebut. Hasilnya bisa kita buktikan sekarang. Keyakinanannya, telah memberikan kekuatan untuk mendengar kata “tidak” ribuan kali, dan mengubah kebiasan kita semua. Keyakinan yang kuat akan menimbulkan kekuasaan. Dan dengan kekuasaan inilah seseorang akan mendapatkan kesuksesan sebagaimana yang dia impikan.
Namun penjelasan Robbins tentang keyakinan mungkin memiliki konsep berbeda, ketika keyakinan itu dihubungkan dengan kegiatan religius. Bagi Robbins, keyakinan adalah bukanlah apa-apa, kecuali keadaan. Suatu penafsiran internal yang mengatur perilaku. Jika kita yakin gagal, maka pesan-pesan yang muncul di otak akan cenderung mengarah pada kegagalan. Keyakinan bukan masalah benar atau salah. Namun keyakinan adalah soal pilihan.
Dalam banyak segi, peradaban manusia di planet ini sebenarnya merupakan hasil dari keyakinan segelintir orang. Para tokoh-tokoh agama adalah sedikit dari segelintir orang tersebut yang mampu mengubah keyakinan jutaan manusia, bahkan pengaruhnya tetap bertahan hingga kini. Dalam konsep agama, tingkat keyakinan pemeluknya berbanding lurus dengan kualitas beragamaannya. Salah satu tokoh yang dianggap paling berhasil adalah Nabi Muhammad. Beliaulah yang mengenalkan pertama kali konsep Tuhan Maha Kuasa dan Maha Esa di Jazirah Arab yang sebelumnya bertradisi banyak Tuhan. Merubah keyakinan bangsa Arab tentang persepsi ketuhanan bukanlah perkara mudah. Apalagi disaat bangsa Arab dalam kondisi kebodohan dan jahiliyah. Secara bertahap dan dengan cara bijak, sedikit demi sedikit penganut Nabi Muhammad semakin banyak. Bersama Muhammad, pasukan Arab mampu melakukan perluasan wilayah yang mencengangkan, hanya dengan modal keyakinan akan kekuasaan Tuhan. Bermula dari kota kecil Makkah, Islam telah meluaskan sayap wilayahnya hingga Persia, Romawi, Irak, Siria, Mesir, Palestina, Spanyol, Afrika, Maroko, Perancis, dan India. Sebuah imperium terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Uniknya, selain penaklukan wilayah, juga disusul dengan berbondong-bondong bertambahnya pemeluk Islam. Sebuah bukti penaklukan wilayah yang dilakukan secara elegan dan menimbulkan simpatik. Saat ini, meskipun wilayah teritorial tidak bisa bertahan, namun masyarakatnya masih tetap setia penganut Islam. Kebudayaan Arab sebagai asal mula Islam berkembang, bertahan dan melebur dalam praktik budaya masyarakat yang pernah menjadi imperium Islam.
Selain peletak dasar teologi Islam, Nabi Muhammad juga sebagai tauladan terhadap pokok-pokok etika dan moral Islam. Lebih jauh, Nabi Muhammad dengan pedoman Al-Qur’an, juga berperan sebagai pemimpin politik dan meletakan prinsip-prinsip Islami dalam kehidupan bermasyarakat, selain menyebarkan keyakinan Islam. Keyakinan Nabi Muhammad telah mengubah peradaban manusia dan tetap lestari hingga kini. Nabi Muhammad, Nabi Isa, Budda, Nabi Musa, Kong Hu Cu dan para tokoh agama lainnya telah membuktikan betapa kekuatan keyakinan bisa mengubah peradaban dunia dan terus bertahan, meskipun sang perintis sudah meninggal berabad lalu.
Jadi, jika ada sebuah pertanyaan, apakah keyakinan itu? Keyakinan memang sukar dimengerti. Anda mungkin bisa menjawabnya setelah anda menjawab pertanyaan lain, darimanakah keyakinan itu muncul? Keyakinan muncul bersumber dari lingkungan, kejadian, pengetahuan, ingatan masa lalu, dan renungan. Nabi Ibrahim memperoleh keyakinan tentang Tuhan melalui proses berpikir dan merenung. Beliau memainkan logika tentang hakikat Tuhan dengan mengamati terbit dan terbenamnya matahari. Juga dengan menghancurkan patung-patung buatan ayahnya yang menjadi sesembahan orang-orang pada saat itu. Tentu saja Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa muncul dan menghilang karena kondisi alam. Dan patung bukan pula Tuhan Sang Pencipta, karena patung tidak bisa menciptakan apapun.
Di sisi lain, keyakinan bisa mengalami pasang surut. Islam menegaskan setidaknya bid’ah, sihir dan meramal nasib merupakan tiga hal yang bisa merusak keyakinan seseorang. Karena bisa membawa pada sikap mendua terhadap keesaan Tuhan. Akhirnya, silahkan anda simpulkan sendiri apa itu keyakinan? Apakah mirip Iman?

0 komentar:

KEYAKINAN

Seorang wanita penderita Schizoperenia atau berkepribadian terpecah menarik perhatian kalangan medis beberapa saat lalu. Semestinya tingkat gula darahnya tidak ada yang aneh alias normal sebagaimana manusia sehat lain. Tetapi ketika ia yakin bahwa ia mengidap kencing manis, maka seluruh fisiologi tubuhnya berubah menjadi benar-benar layaknya seorang pengidap kencing manis. Keyakinannyalah yang menjadikan semua itu menjadi nyata.
Cerita lain yang hampir serupa, kasus hipnotis. Dalam pengaruh hipnotis, seorang pemuda disentuhkan punggungnya sepotong es yang dinyatakan padanya sebagai sepotong logam panas. Apa yang terjadi benar-benar di luar dugaan. Kulit pemuda itu tetap melepuh meskipun nyatanya hanya disentuhkan sepotong es, bukan logam panas. Sekali lagi keyakinan menjadikan segala sesuatu nyata, meskipun melawan logika ilmu pengetahuan. Jika otak telah memerintahkan sesuatu, yang meskipun bertolak belakang dengan hukum alam, tidak mustahil akan terjadi. Dari sini, tentulah kita boleh takjub akan kekuatan sugesti.
Dalam dunia kedokteran, muncul pula kesimpulan yang melibatkan pengaruh sugesti terhadap kesembuhan seorang pasien. Hanya dengan menyadari khasiat suatu obat saja, bisa memberikan efek kesembuhan lebih cepat dari mereka yang tidak yakin akan keampuhan obat yang mereka minum. Kenyataan ini sudah sangat disadari oleh kalangan dunia kedokteran. Terkadang obat tidak selalu dibutuhkan, tetapi keyakinan untuk sembuh selalu perlu. Banyak kisah nyata yang bisa mendukung realitas ini, terutama dalam bidang kedokteran yang erat kaitannya dengan kesehatan, penyakit, kesembuhan dan kematian.
Sebagai gambaran lain tentang kekuatan sugesti, mari kita lihat perkembangan sejarah peradaban manusia. Dari situ anda akan bisa menangkap maksud dari tulisan ini. Mengenang Perang Dunia ke-2, berarti mengenang Adolf Hitler. Kita semua tahu siapa itu Hitler! Manusia jahanam yang menjadi penyebab utama kematian lebih dari tiga puluh lima juta manusia. Saya yakin kita semua tidak punya alasan sedikitpun untuk menghormatinya. Namun tetap saja menjadi sebuah fakta yang tidak bisa diingkari siapapun, bahwa kehadiran dan sepak terjangnya telah mempengaruhi perjalanan peradaban manusia dan memberikan pengaruh luar biasa pada sekian banyak orang. Percayalah, saya tidak bermaksud untuk membela apalagi menyanjungnya. Tapi perlu kita ingat, bahwa seburuk apapun seseorang, pasti masih memiliki sisi yang bisa kita petik pelajaran darinya.
Gairah kemiliteran yang meletup akibat kekalahan Jerman pada Perang Dunia ke-1 dan semangat anti Yahudi-nya, telah menimbulkan tragedi kemanusia yang tidak akan pernah bisa dilupakan keganasannya, bahkan hingga hari ini. Hitler juga dituding sebagai biang keladi Perang Dunia ke-2. Apabila kita tengok siapakah itu Hitler, mungkin kita tidak akan percaya. Sebagai orang yang tidak punya pengalaman politik sama sekali dan miskin, Hitler mampu menjadi seorang pemimpin kekuatan dunia yang menonjol. Dalam hal ini Hitler telah membuktikan, hanya dengan modal keyakinan bahwa bangsanya lebih unggul dibanding bangsa lain, telah membawanya ke tampuk kekuasaan. Meskipun, baginya tentu saja, dengan cara biadap sekalipun.
Sebelum kita muak dengan sosok Hitler, marilah kita beralih ke negeri India. Pastinya sosok ini bertolak belakang dengan sosok Hitler. Mohandas Gandhi, seorang tokoh yang berdiri di barisan terdepan pemberontakan bangsa India dari penjajahan Inggris. Sebenarnya Gandhi bukanlah siapa-siapa tanpa sebuah keyakinan, bahwa penjajahan yang penuh dengan kekerasan hanya akan bisa terhenti oleh perdamaian. Pembangkangan sosial Gandhi melalui aksi “tanpa kekerasan”, telah membuktikan, meskipun tidak sepenuhnya, jalan menuju kemerdekaan India. Berkali-kali sejarah membuktikan bahwa siapapun yang mampu mempertahankan keyakinannya, maka ia akan mampu menyetir kemudi sejarah seperti apa yang dia yakini. Anda bisa pelajari kehidupan dan perjuangan orang-orang sebelum mereka menjadi tokoh-tokoh dunia. Mereka besar karena keteguhan atas keyakinan mereka dan mampu menciptakan pengaruh atas banyak orang. Einstein, Newton, Galileo, dan Sukarno adalah salah satu diantara mereka.
Anthony Robbins, seorang penasehat Presiden AS Bill Clinton, menempatkan keyakinan sebagai kunci menuju kesuksesan. Jika kita menyakini keajaiban, maka kita akan menjalani kehidupan yang ajaib. Intinya, keberhasilan bukanlah hasil untung-untungan, namun melalui serangkaian proses kristalisasi keyakinan. Bahkan sekalipun disadari maupun tidak disadari. Karena keyakinan akan memunculkan serangkaian tindakan yang tepat pada serangkaian kesempatan. Bagi mereka yang tidak punya keyakinan, mungkin kesempatan selalu berada di depan mata, namun tidak mampu memberikan reaksi tepat yang menuju ke arah keberhasilan. Tegasnya, apa yang menjadi keinginan dan tindakan berjalan selaras. Mungkin anda pernah kesulitan mencari kunci yang terselip, meskipun telah anda cari dengan teliti di sekeliling anda. Padahal nyata-nyata kunci itu tepat ada di depan anda. Namun kehadirannya tidak anda sadari karena kalimat “hilang” sudah meracuni pikiran anda.
Robbins menempatkan Kolonel Sanders sebagai contoh yang tepat menggambarkan apa yang dia maksud. Kentucky Fried Chicken (KFC), buah karya si tua Sanders, saat ini menjadi salah satu makanan kegemaran dunia. Melalui KFC ini, Sanders berhasil membangun kerajaannya yang membuat dia menjadi milioner. Penolakan atas resepnya sebanyak 1009 kali tidak menyurutkan keyakinannya, meskipun dia harus berkeliling ke seluruh negeri untuk mencari orang yang mendukung idenya tersebut. Hasilnya bisa kita buktikan sekarang. Keyakinanannya, telah memberikan kekuatan untuk mendengar kata “tidak” ribuan kali, dan mengubah kebiasan kita semua. Keyakinan yang kuat akan menimbulkan kekuasaan. Dan dengan kekuasaan inilah seseorang akan mendapatkan kesuksesan sebagaimana yang dia impikan.
Namun penjelasan Robbins tentang keyakinan mungkin memiliki konsep berbeda, ketika keyakinan itu dihubungkan dengan kegiatan religius. Bagi Robbins, keyakinan adalah bukanlah apa-apa, kecuali keadaan. Suatu penafsiran internal yang mengatur perilaku. Jika kita yakin gagal, maka pesan-pesan yang muncul di otak akan cenderung mengarah pada kegagalan. Keyakinan bukan masalah benar atau salah. Namun keyakinan adalah soal pilihan.
Dalam banyak segi, peradaban manusia di planet ini sebenarnya merupakan hasil dari keyakinan segelintir orang. Para tokoh-tokoh agama adalah sedikit dari segelintir orang tersebut yang mampu mengubah keyakinan jutaan manusia, bahkan pengaruhnya tetap bertahan hingga kini. Dalam konsep agama, tingkat keyakinan pemeluknya berbanding lurus dengan kualitas beragamaannya. Salah satu tokoh yang dianggap paling berhasil adalah Nabi Muhammad. Beliaulah yang mengenalkan pertama kali konsep Tuhan Maha Kuasa dan Maha Esa di Jazirah Arab yang sebelumnya bertradisi banyak Tuhan. Merubah keyakinan bangsa Arab tentang persepsi ketuhanan bukanlah perkara mudah. Apalagi disaat bangsa Arab dalam kondisi kebodohan dan jahiliyah. Secara bertahap dan dengan cara bijak, sedikit demi sedikit penganut Nabi Muhammad semakin banyak. Bersama Muhammad, pasukan Arab mampu melakukan perluasan wilayah yang mencengangkan, hanya dengan modal keyakinan akan kekuasaan Tuhan. Bermula dari kota kecil Makkah, Islam telah meluaskan sayap wilayahnya hingga Persia, Romawi, Irak, Siria, Mesir, Palestina, Spanyol, Afrika, Maroko, Perancis, dan India. Sebuah imperium terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Uniknya, selain penaklukan wilayah, juga disusul dengan berbondong-bondong bertambahnya pemeluk Islam. Sebuah bukti penaklukan wilayah yang dilakukan secara elegan dan menimbulkan simpatik. Saat ini, meskipun wilayah teritorial tidak bisa bertahan, namun masyarakatnya masih tetap setia penganut Islam. Kebudayaan Arab sebagai asal mula Islam berkembang, bertahan dan melebur dalam praktik budaya masyarakat yang pernah menjadi imperium Islam.
Selain peletak dasar teologi Islam, Nabi Muhammad juga sebagai tauladan terhadap pokok-pokok etika dan moral Islam. Lebih jauh, Nabi Muhammad dengan pedoman Al-Qur’an, juga berperan sebagai pemimpin politik dan meletakan prinsip-prinsip Islami dalam kehidupan bermasyarakat, selain menyebarkan keyakinan Islam. Keyakinan Nabi Muhammad telah mengubah peradaban manusia dan tetap lestari hingga kini. Nabi Muhammad, Nabi Isa, Budda, Nabi Musa, Kong Hu Cu dan para tokoh agama lainnya telah membuktikan betapa kekuatan keyakinan bisa mengubah peradaban dunia dan terus bertahan, meskipun sang perintis sudah meninggal berabad lalu.
Jadi, jika ada sebuah pertanyaan, apakah keyakinan itu? Keyakinan memang sukar dimengerti. Anda mungkin bisa menjawabnya setelah anda menjawab pertanyaan lain, darimanakah keyakinan itu muncul? Keyakinan muncul bersumber dari lingkungan, kejadian, pengetahuan, ingatan masa lalu, dan renungan. Nabi Ibrahim memperoleh keyakinan tentang Tuhan melalui proses berpikir dan merenung. Beliau memainkan logika tentang hakikat Tuhan dengan mengamati terbit dan terbenamnya matahari. Juga dengan menghancurkan patung-patung buatan ayahnya yang menjadi sesembahan orang-orang pada saat itu. Tentu saja Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa muncul dan menghilang karena kondisi alam. Dan patung bukan pula Tuhan Sang Pencipta, karena patung tidak bisa menciptakan apapun.
Di sisi lain, keyakinan bisa mengalami pasang surut. Islam menegaskan setidaknya bid’ah, sihir dan meramal nasib merupakan tiga hal yang bisa merusak keyakinan seseorang. Karena bisa membawa pada sikap mendua terhadap keesaan Tuhan. Akhirnya, silahkan anda simpulkan sendiri apa itu keyakinan? Apakah mirip Iman?

0 komentar: