Sabtu, 22 Agustus 2009

komplikasi gangguan NAPZA

PENDAHULUAN
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA :

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine
Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
PEMBAHASAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :
1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :
1. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
2. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
3. Opioda sintetik : Metadon.
Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.
2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah
3. KANABIS :
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.
Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
4. AMPHETAMINE :
Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada 2 jenis Amphetamine :
a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )
Nama jalanan : Inex, xtc.
Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.
b. Metamphetamine ice
Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
5. LSD ( Lysergic Acid ).
Termasuk dalam golongan halusinogen.
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 - 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam.
6. SEDATIF – HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN ) :
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu.
8. ALKOHOL :
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.
Nama jalanan : booze, drink.
Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual :
Cenderung memberontak
Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
Lingkungan Keluarga :
-Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
-Hubungan kurang harmonis
Orang tua yang bercerai, kawin lagi
-Orang tua yang bercerai, kawin lagi
Lingkungan Sekolah :
-Sekolah yang kurang disiplin
-Sekolah terletak dSekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa -untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positifekat tempat hiburan
GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA :
1. Perubahan Fisik :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
- Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.
- Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin
di kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
PENGARUH PENYALAHGUNAAN NAPZA
NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
- gangguan daya ingat
- gangguan perhatian / konsentrasi
- gangguan bertindak rasional
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru ( Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS
f. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan



PENUTUP
UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.

Sabtu, 15 Agustus 2009

10 Makanan Pemacu Ingatan


Dalam otak manusia terdapat satu triliun sel otak termasuk 100 miliar sel saraf aktif (neuron) dan 900 miliar sel lain yang merekatkan, memelihara dan menyelubungi neuron. Setiap satu dari 100 miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak 20.000 cabang (dendrit).

Cabang yang seperti sebuah pohon ini berfungsi menyimpan informasi. Kehebatan lain: sel otak aktif mampu membentuk koneksi (sinapsis) dengan kecepatan luar biasa (3 miliar per detik!). Koneksi tersebut adalah kunci kekuatan otak. Salah satu cara mempertahankan koneksi yang baik tersebut adalah dengan memperhatikan asupan gizi sehari-hari, berikut adalah sepuluh besar makanan pemacu ingatan:

  1. Ikan: (terutama ikan air tawar seperti salem, trout, tuna, herring, makarel dan sarden) banyak mengandung lesitin (kolin), fenilalanin, asam ribonukleat, tirosin, DMAE, vitamin B6, niasin/B3, tembaga, protein, seng, asam lemak omega-3 (DHA), vitamin B12.
  2. Telur: mengandung fenilalanin, lesitin (kolin), vitamin B6, vitamin E.
  3. Kedelai: mengandung lesitin (kolin), asam glutamik, fenilalanin, vitamin E, besi, seng, protein, vitamin B6.
  4. Daging sapi tanpa lemak: mengandung fenilalanin, lesitin (kolin, asam glutamik, besi, seng.
  5. Hati ayam: mengandung tirosin, vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, protein, zat besi.
  6. Gandum: mengandung lesitin (kolin), asam glutamik, vitamin B6, magnesium, vitamin E, vitamin B1.
  7. Ayam: mengandung fenilalanin, vitamin B6, niasin/B3, protein.
  8. Pisang: mengandung tirosin, magnesium, potassium, vitamin B6.
  9. Produk susu rendah lemak: mengandung fenilalanin, tirosin, slutamin, protein, ALC, vitamin B12
  10. Alpukat (avocado): tirosin, magnesium.

Sumber: The Great Memory Book by Karen Markowitz and Eric Jensen

Jumat, 07 Agustus 2009

asuhan keperawatan DHF

1.Pengertian

DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

2.Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

3.Patofisiologi

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

4.Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.

Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

5.Diagnosis

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

b. Manifestasi perdarahan :

1)Uji tourniquet positif

2)Petekia, purpura, ekimosis

3)Epistaksis, perdarahan gusi

4)Hematemesis, melena.

c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

d. Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

6.Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi

4 derajat (Menurut WHO, 1986) :

a.Derajat

I, trombositopenia dan hemokonsentrasi.Ã…Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet

b.Derajat II Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

c.Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

7.Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

8.Diagnosa Banding

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya. Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

b.Demam typhoid Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.

c.Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.

9.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

a.Tirah baring atau istirahat baring.

b.Diet makan lunak.

c.Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.

e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

h.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

b.Hematokrit yang cenderung mengikat.

10.Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a.Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b.Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.

c.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a.Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

b.Tanpa insektisida Caranya adalah :

1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).

2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah klien.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).
1.Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a.Data subyektif Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :

1.)Lemah.

2.)Panas atau demam.

3.)Sakit kepala.

4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

5.)Nyeri ulu hati.

6.)Nyeri pada otot dan sendi.

7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.)Konstipasi (sembelit).

b.Data obyektif :

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :

1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.

4)Hiperemia pada tenggorokan.

5)Nyeri tekan pada epigastrik.

6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

1)Ig G dengue positif.

2)Trombositopenia.

3)Hemoglobin meningkat > 20 %.

4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil

1)SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3)Waktu perdarahan memanjang.

4)Asidosis metabolik.

5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

2.Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante Effendy, 1995 yaitu :

a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

f.Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).

h.Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
3.Perencanaan Keperawatan

a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Tujuan :

Suhu tubuh normal (36 – 370C).

Pasien bebas dari demam.

Intervensi :

5)Kaji saat timbulnya demam.

Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

6)Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.

Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2,5 liter/24 jam.
±

7)Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

8)Berikan kompres hangat.

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

9)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

10)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Tujuan :

Rasa nyaman pasien terpenuhi.

Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
1)Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2)Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

3)Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

4)Berikan obat-obat analgetik

Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan. Intervensi :

1)Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2)Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan. Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.

3)Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .

4)Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.

5)Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

6)Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

7)Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

Tujuan :

Volume cairan terpenuhi.

Intervensi :

1)Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.

2)Observasi tanda-tanda syock.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

3)Berikan cairan intravena sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.

4)Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

5)Catat intake dan output.

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan :
Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

Intervensi :

1)Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2)Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

3)Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.

Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.

4)Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

f.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh

Tujuan :

Tidak terjadi syok hipovolemik.

Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Keadaan umum baik.

Intervensi :

1)Monitor keadaan umum pasien

Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.

2)Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

3)Monitor tanda perdarahan.

Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.

4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

5)Berikan transfusi sesuai program dokter.

Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6)Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.

g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).

Tujuan : – Tidak terjadi infeksi pada pasien.

Intervensi :

1)Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.

2)Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.

3)Observasi daerah pemasangan infus.

Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.

4)Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.

h.Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuan :

Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi :

1)Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

2)Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.

3)Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.

Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

4)Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.

Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.

i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

Tujuan : – Kecemasan berkurang.

Intervensi :

1)Kaji rasa cemas yang dialami pasien.

Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

2)Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

3)Tunjukkan sifat empati

Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.

4)Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.

5)Gunakan komunikasi terapeutik

Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

4.Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi Keperawatan.

Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.

Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

a.Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.

b.Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

c.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.

d.Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.

e.Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.

f.Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.

g.Infeksi tidak terjadi.

h.Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.

i.Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.

Sumber:
1.Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
2.Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
3.Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
4.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Selasa, 04 Agustus 2009

AKUNTANSI UNTUK LEASING

ABSTRAK

Leasing adalah satu arah untuk mempunyai harta berwujud tanpa membelanjakan banyak uang. Leasing dapat dibagi menjadi dua jenis: operating lease dan capital lease. kita harus membayar pembayaran angsuran pada waktu tertentu. Sewa Operasi adalah transaksi leasing, sebab ada tidak (ada) pilihan pembelian, kepemilikan memindahkan, menyewa periode kurang dari 75% masa penggunaan dan nilai sekarang tidak lebih dari 90% dari nilai harga pasar yang disewa. Catatan ini menguraikan teknik akuntansi yang berhubungan dengan menyewa transaksi, kedua-duanya: penyewa dan pemberi sewaan.

Kata Kunci: sewa operasional, sewa [modal/ibukota], penyewa, pemberi sewaan

I. PENGERTIAN LEASING

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 30 mengistilahkan leasing menjadi kegiatan sewa guna usaha dalam Buku Standar Akuntansi Keuangan. Kegiatan sewa guna usaha diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan clan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/ 2/1974 clan No. 30/Kpb/I/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang "Perijinan Usaha Leasing", Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha.

Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan bersama perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai

alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim. Sekarang mari kita lihat tentang definisi leasing. SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian menyatakan: “Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama” Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim disebut financial lease atau pembiayaan dengan cara sewa guna usaha. Namun demikian, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/ KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas yang menampung definisi berikut ini:

“ Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Financial Lease maupun Operating Lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.”

Capital Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, di mana Penyewa Guna Usaha pada akhir masa kontrak memiliki hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Operating Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha di mana Penyewa Guna Usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha. Kieso et. al. (2004) mendefinisikan leasing sebagai berikut:

A lease is contractual agreement between a lessor and a lessee that gives the lessee the right to use specific property, owned by the lessor, for a specified period of time in return for stipulated, and generally periodic, cash payments (rent).

II. KEUNGGULAN LEASING DARI SEGI EKONOMI

Skousen et. al. (2003) menuliskan tiga keunggulan utama bagi lessee untuk leasing daripada membeli :

1. Tidak ada uang muka;

Perjanjian lease seringkali dibuat sedemikian rupa sehingga 100 % nilai aktiva dibiayai melalui lease. Tentu saja banyak kontrak leasing membutuhkan uang muka – sebagai contoh, perhatikan iklan yang Anda lihat untuk kontrak leasing sebuah mobil.

2. Menghindari risiko kepemilikan;

Ada banyak risiko yang menyertai kepemilikian dari suatu aset. Ini mencakup kerugian karena bencana, keausan, perubahan kondisi ekonomi, dan kerusakan fisik.

3. Fleksibilitas;

Kondisi bisnis dan persyaratan berubah setiap saat. Jika aset dileasekan, perusahaan dapat mengganti aset tersebut dengan mudah sebagai respon terhadap perubahan. Contoh dari kondisi ini adalah industri berteknologi tinggi dengan perubahan yang cepat di bidang komputer, robotik, dan telekomunikasi. Fleksibilitas adalah alasan utama berkembangnya leasing otomotif. Sedangkan keuntungan bagi Lessor dengan meleasingkan asetnya daripada menjual adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan penjualan.

Dengan menawarkan kepada konsumen potensial pilihan untuk melease produknya, manufaktur atau dealer dapat secara signifikan meningkatkan volume penjualan.

  1. Kelangsungan hubungan dengan lessee.

Dalam leasing, lessor dan lessee mempertahankan hubungan selama periode tertentu dan hubungan bisnis jangka panjang sering terbina melalui leasing.

  1. Nilai sisa dipertahankan.

Di dalam kontrak lease, hak kepemilikan dari aset yang dilease tidak pernah beralih ke lessee. Keuntungan lessor dari kondisi ekonomi dapat menimbulkan nilai residu yang signifikan pada akhir periode leasing. Lessor dapat meleasekan aset kepada lessee yang lain atau menjual aset dengan mengakui keuntungan penjualan. Dalam ringkasan, kontrak lease sering terdengar sebagai praktek bisnis baik bagi lessee maupun lessor. Sisa dari bab ini akan mendiskusikan kerumitan dan ketertarikan perlakuan

akuntansi untuk lease.

Akuntansi leasing dibagi menjadi dua kelompok besar – Capital Lease (Lease Modal) dan Operating Lease (Lease Operasi). Jika kontrak lease mensinyalir adanya perpindahan aset dari lessor ke lessee dianggap sebagai Capital Lease. Dianggap sebagai operating lease apabila perjanjian digolongkan sebagai perjanjian sewa, tidak ada perubahan kepemilikan. Pendapatan sewa lease diakui setiap tahun saat pembayaran lease ditagih.

Pada pembahasan selanjutnya berisi deskripsi yang lebih rinci tentang persyaratan yang ditemukan dalam kontrak lease. Perlakuan akuntansi khusus akan digunakan untuk membedakan operating lease dan capital lease.

III. SIFAT-SIFAT LEASE

Ketentuan kontrak lease berbeda-beda seperti: syarat pembatalan dan denda, opsi pembaruan dan pembelian dengan harga murah, periode lease, umur ekonomis aktiva, nilai residu, pembayaran lease minimum, suku bunga implisit dari kontrak lease, dan tingkat resiko yang ditanggung lessee, termasuk pembayaran biaya tertentu seperti pemeliharaan, asuransi, dan pajak.

Syarat-syarat pembatalan

Beberapa leasing tidak dapat dibatalkan, artinya kontrak leasing ini hanya dapat dibatalkan apabila ada ketidakpastian di masa yang akan datang atau syarat-syarat pembatalan dan denda pada leasing ini sangat mahal bagi lessee sehingga pembatalan tidak terjadi. Semua leasing yang dapat dibatalkan termasuk dalam operating lease; beberapa, tidak semua, leasing yang tidak dapat dibatalkan termasuk dalam capital lease.

Opsi pembelian dengan harga murah

Leasing kadang termasuk syarat yang diberikan kepada lessee, hak untuk membeli aset diwaktu yang akan datang. Jika opsi pembelian dengan harga tertentu yang telah dipertimbangkan diharapkan lebih kecil daripada harga pasar saat opsi untuk membeli maka opsi tersebut dapat diterima, kemudian opsi tersebut akan disebut bargain purchase option. Leasing dengan opsi untuk membeli termasuk dalam capital lease.

Periode lease

Untuk tujuan akuntansi, akhir dari periode lease didefinisikan sebagai akhir dari periode leasing yang tidak dapat dibatalkan, ditambah semua opsi pembaruan yang dijalankan. Opsi untuk pembaruan adalah syarat leasing seperti tingkat bunga leasing yang menarik atau syarat-syarat lain yang lebih disenangi, yang, dalam perjanjian lease dianggap sebagai pembaruan yang lebih panjang dari masa periode lease yang sudah disepakati.

Nilai residu

Harga pasar dari aset yang dilease diakhir periode lease dianggap sebagai nilai residu. Dalam beberapa perjanjian leasing, periode leasing diperpanjang sampai hampir seluruh umur ekonomis aset atau jangka waktu selama aset terus berproduksi, dan ada sedikit, nilai residu.

Pembayaran Leasing Minimum

Pembayaran sewa membutuhkan jangka waktu lease ditambah jumlah apapun yang harus dibayar untuk nilai residu baik itu opsi untuk membeli atau jaminan nilai residu termasuk dalam pembayaran leasing minimum. Pembayaran leasing terkadang termasuk pengenaan biaya seperti asuransi, pemeliharaan, dan pajak yang terjadi pada aset yang dilease. Biaya ini disebut sebagai executory cost dan tidak termasuk dalam pembayaran leasing minimum.

IV. KRITERIA PENGGOLONGAN LEASE

Topik akuntansi tentang leasing di Indonesia dinyatakan dalam PSAK No. 30. Sedangkan di Amerika Serikat (USA), FASB menerbitkan statement No. 13, “Akuntansi untuk leasing”. Tujuannya untuk menggambarkan kenyataan ekonomi dalam leasing dengan memperlakukan beberapa lease jangka panjang menjadi pelaporan sebagai pembelian harta bagi lessee dan penjualan bagi lessor. Kriteria untuk menentukan walaupun lease hanya sebuah kontrak persewaan (lease operasi) atau sebagai pembelian properti. (lease modal). Kriteria klasifikasi lease dan penggunaannya bagi lessee dan lessor diringkas dalam peraga berikut :

Lease Modal Lease Operasi

Ya <------------------------Pengalihan Pemilikan --------------------> Tidak

Ya <----------------Opsi Pembelian Dengan Harga Murah ------> Tidak

Ya <-----Jangka Lease > 75% Taksiran Umur Ekonomis -----> Tidak

Ya <------ Nilai Sekarang Pembayaran > 90% Nilai Pasar ----> Tidak

Kriteria tambahan yang berlaku untuk lessor :

1. Ketertagihan pembayaran lease minimum cukup dapat diramalkan.

2. Biaya yang masih akan dikeluarkan oleh lessor telah diketahui.

Lessee : Lease modal jika salah satu dari kriteria umum terpenuhi.

Lessor : Lease modal jika salah satu dari kriteria umum terpenuhi dan kedua kriteria tambahan terpenuhi.

Kriteria penggolongan - Lessee dan Lessor

Keempat kriteria umum yang berlaku untuk semua lease baik bagi lessee maupun lessor berkaitan dengan pengalihan pemilikan, opsi pembelian dengan harga murah, umur ekonomis, dan nilai pasar. Kriteria pengalihan kepemilikan terpenuhi jika lease mengandung ketentuan yang mengalihkan pemilikan sepenuhnya atas harta kepada lease pada akhir periode lease. Kriteria terdapatnya opsi pembelian terpenuhi jika lease berisikan opsi pembelian dengan harga murah. Kriteria ketiga berhubungan dengan umur ekonomis dari suatu aktiva. Kriteria ini terpenuhi jika periode lease sama dengan atau lebih daripada 75% taksiran umur ekonomis harta yang dilease. Kriteria umum yang keempat berfokus pada hubungan nilai pasar wajar anuitas pembayaran lease. Kriteria ini terpenuhi jika nilai sekarang pada awal periode lease dari pembayaran lease minimum, tidak termasuk biaya eksekutori, sama dengan atau lebih dari 90% dari nilai pasar wajar aktiva. Suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan pembayaran lease minimum sangat berperan dalam menentukan apakah kriteria pembayaran pokok investasi dipenuhi. Semakin rendah suku bunga diskonto yang digunakan, semakin tinggi nilai sekarang pembayaran lease minimum dan semakin besar kemungkinan bahwa kriteria pembayaran pokok investasi sebesar 90% akan terpenuhi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, FASB menetapkan bahwa lessor harus menggunakan suku bunga implisit dari perjanjian lease. Lessee juga menggunakan suku bunga implisit dari lessor jika hal itu diketahui dan jika lebih rendah daripada suku bunga pinjaman inkremental dari lessee. Jika lessee tidak dapat menentukan suku bunga implisit lessor, maka dia harus menggunakan suku bunga pinjaman inkrementalnya.

Karena suku bunga pinjaman inkremental kerap kali lebih tinggi daripada suku bunga implisit, dan karena lessee pada umumnya tidak ingin mengkapitalisasi lease, banyak lessee menggunakan suku bunga pinjaman inkremental dan tidak berupaya menaksir suku bunga implisit. Pada tahun 1980-an, mengusulkan pengetatan kriteria lease modal dengan mengharuskan lessee untuk memperkirakan suku bunga implisit dalam semua masalah. FASB mengeluarkan proposal pada saat kecaman ketentuan proposal ini menjadi meluas.

Kriteria Penggolongan Tambahan – Lessor

Selain memenuhi salah satu dari empat kriteria umum, lessor harus memenuhi dua kriteria tambahan agar boleh melaporkan suatu lease sebagai lease modal yaitu : Penagihan pembayaran lease minimum cukup bisa diramalkan dan sebagian besar pengeluaran telah dilakukan dalam kegiatan yang dilakukan oleh lessor.

Peraga Penetapan Kriteria Penggolongan Lease untuk Situasi Lease

Ketentuan Lease Lease # 1 Lease # 2 Lease # 3 Lease # 4

Dapat dibatalkan Tidak Tidak Ya Ya

Hak berpindah kepada lesse Tidak Ya Tidak Ya

Opsi pembelian dgn harga

murah

Tidak Tidak Ya Tidak

Periode lease 10 tahun 10 tahun 8 tahun 10 tahun

Umur ekonomis aktiva 14 tahun 15 tahun 13 tahun 12 tahun

Nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum sebagai

persentase dari nilai pasar

wajar-suku bunga incremental

80% 79% 95% 76%

Ketentuan Lease Lease # 1 Lease # 2 Lease # 3 Lease # 4

Nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum sebagai

persentase dari nilai pasar

wajar-suku bunga implisit

92% 91% 92% 82%

Lesse mengetahui suku bunga

implisit

Tidak Tidak Ya Ya

Nilai residual yang tidak dijamin Ya Tidak Tidak Tidak

Nilai residual dijamin pihak

ketiga

Tidak Ya Tidak Tidak

Nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum tanpa nilai

residual yang dijamin pihak

ketiga sebagai persentase nilai

pasar wajar-suku bunga implisit

92% 80% 92% 82%

Pembayaran sewa data ditagih

dan biaya lessor sudah pasti

Ya Ya Tidak Ya

Analisis atas lease:

Lesse

Diperlakukan sebagai lease

modal

Tidak Ya Ya Tidak

Kriteria yang dipenuhi Tidak ada 1 2 dan 4

Penggunaan suku bunga

pinjaman inkremental

Tidak tepat Ya Tidak

Periode amortisasi Tidak tepat 15 tahun 13 tahun

Harus

bersifat

tidak dapat

dibatalkan

Ketentuan Lease Lease # 1 Lease # 2 Lease # 3 Lease # 4

Lessor

Perlakuan sebagai lease modal Ya Ya Tidak Tidak

Yang dipenuhi dari 4 kriteria

prename

4 1 dan 4 2 dan 4

Kriteria lessor terpenuhi Ya Ya Tidak

Harus

bersifat

tidak data

dibatalkan

V. AKUNTANSI UNTUK LEASE LESSEE

Dari segi lessee, leasing digolongkan menjadi dua jenis

yaitu lease operasi (operating lease) dan lease modal (capital

lease). Jika suatu lease memenuhi salah satu dari 4 kriteria

penggolongan yang dibahas sebelumnya, maka lease itu

diperlakukan sebagai lease modal. Sebaliknya, jika kriteria itu

tidak ada yang terpenuhi maka digolongkan sebagai lease

operasi.

Akuntansi bagi Lease Operasi – Lesse

Lease operasi dianggap merupakan perjanjian sewa biasa.

Misalkan persyaratan lease bagi peralatan pabrik adalah

pembayaran biaya lease $40.000 setiap tahun. Ayat jurnal

pencatatan pembayaran sewa setahun akan menjadi sebagai

berikut:

Beban Sewa ………………………………………40.000

Kas …………………………………………….40.000

Akuntansi bagi Lease Modal – Lesse

Lease modal (capital lease) dianggap lebih merupakan

pembelian harta daripada penyewaan. Akibatnya akuntansi

bagi lease modal oleh pihak lesse menuntut ayat jurnal yang

mirip dengan jurnal transaksi pembelian aktiva dengan kredit

jangka panjang. Jumlah yang harus dicatat sebagai aktiva dan

sebagai kewajiban adalah nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum dimasa mendatang sebagaimana telah

didefinisikan sebelumnya.

Nilai harta harus diamortisasi sesuai dengan kebijakan

penyusutan normal dari lesse. Periode amortisasi yang akan

digunakan tergantung kriteria yang digunakan untuk

menggolongkan lease sebagai lease modal. Jika kualifikasi

lease adanya transfer kepemilikan dan opsi pembelian murah,

umur ekonomi dari harta harus digunakan sejak diasumsikan

lessee akan mengambil alih asset tersebut untuk mengetahui

umur pakai dari aktiva tersebut pada akhir periode lease.

Perkiraan hutang lease harus dikurangkan setiap periode

karena telah dilakukan pembayarannya. Suku bunga

inkremental bagi lessee atau suku bunga implisit bagi lessor,

digunakan mana yang lebih rendah digunakan untuk

menghitung biaya bunga. Jika pembayaran dilakukan pada

bulan Januari maka bunga akrual pada 31 Desember harus

diakui. Kebijakan biaya penyusutan adalah garis lurus.

VI. AKUNTANSI UNTUK LEASE LESSOR

Sebagaimana diperlihatkan di muka, jika lease

memenuhi salah satu dari empat kriteria yang berlaku bagi

lessee maupun lessor, ditambah kedua persyaratan bagi

lessor (yakni ketertagihan dan penyelesaian sebagian besar

biaya yang harus dikeluarkan), maka lease itu digolongkan

sebagai lease modal oleh lessor dan dicatat entah sebagai

lease pembiayaan langsung ataupun sebagai lease jenis

penjualan.

Lease pembiayaan langsung melibatkan lessor yang

terutama bergerak dalam kegiatan pembiayaan, seperti bank

atau lembaga keuangan. Lessor memandang lease tersebut

sebagai investasi. Pendapatan yang dihasilkan lease jenis ini

adalah pendapatan bunga. Lease jenis penjualan

melibatkan produsen atau penyalur yang menggunakan lease

sebagai salah satu cara untuk memudahkan pemasaran

produknya. Dengan demikian, ada dua jenis pendapatan

yang berbeda dari lease semacam ini, yaitu (1) laba atau

kerugian langsung yang merupakan selisih antara harga

pokok harta yang dilease dengan harga jualnya, atau nilai

wajarnya, pada saat lease diprakarsai, dan (2) pendapatan

bunga yang diperoleh selama lessee melakukan pembayaran

sewa yang melunasi kewajiban sewa ditambah bunga.

Untuk lease operasi, lease pembiayaan langsung, atau

lease jenis penjualan, lessor harus mengeluarkan biaya

tertentu, yang disebut sebagai biaya langsung awal, dalam

memperoleh lease. Biaya ini meliputi biaya negosiasi lease,

melaksanakan pemeriksaan kredit lessee dan menyiapkan

dokumen lease.

Akuntansi untuk Lease Operasi – Lessor

Akuntansi untuk lease operasi bagi lessor persis sama

seperti yang telah diuraikan untuk lessee. Lessor mengakui

pembayaran sebagai pendapatan ketika pembayaran

diterima. Jika ada variasi penting dalam persyaratan

pembayaran, maka akan diperlukan ayat jurnal untuk

mencerminkan pola garis lurus atas pengakuan pendapatan.

Biaya langsung awal yang dikeluarkan sehubungan dengan

lease operasi akan ditangguhkan dan kemudian diamortisasi

selama periode lease, sehingga ditandingkan dengan

pendapatan sewa.

Akuntansi untuk Lease Jenis-Penjualan

Akuntansi untuk lease jenis-penjualan menambah satu

dimensi lagi untuk pendapatan lessor, yaitu laba atau

kerugian langsung yang merupakan selisih antara harga jual

aktiva lease dengan harga pokok lessor dalam memproduksi

atau membeli aktiva tersebut. Terdapat tiga nilai yang harus

diidentifikasi untuk menentukan unsur-unsur rugi-laba

tersebut, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Pembayaran lease minimum seperti yang telah

dirumuskan di muka, untuk lease, yaitu pembayaran

sewa selama masa lease setelah dikurangi biaya

eksekutori yang termasuk di dalamnya ditambah jumlah

yang dibayarkan menurut opsi pembelian dengan harga

murah atau jaminan atas nilai residual.

2. Nilai pasar aktiva yang wajar.

3. Harga perolehan atau nilai terbawa aktiva bagi lessor

yang diperbesar oleh setiap biaya langsung awal

4. Pembayaran lease minimum seperti yang telah

dirumuskan di muka, untuk lease, yaitu pembayaran

sewa selama masa lease setelah dikurangi biaya

eksekutori yang termasuk di dalamnya ditambah jumlah

yang dibayarkan menurut opsi pembelian dengan harga

murah atau jaminan atas nilai residual.

5. Nilai pasar aktiva yang wajar.

6. Harga perolehan atau nilai terbawa aktiva bagi lessor

yang diperbesar oleh setiap biaya langsung awal

Laba pabrik atau penyalur adalah perbedaan antara nilai

pasar aktiva yang wajar [(2) di atas] dan harga perolehan

atau nilai terbawa aktiva bagi lessor [(3) diatas]. Jika harga

perolehan melebihi nilai pasar yang wajar, kerugian harus

dilaporkan. Perbedaan antara sewa kotor [(1) diatas] dan nilai

pasar harta yang wajar [(2) di atas] adalah pendapatan bunga

dan timbul karena tenggang waktu dalam membayar harta

seperti yang diuraikan dalam persyaratan lease.

Akuntasi untuk Lease Jenis-Penjualan yang

mempunyai Opsi Pembelian dengan Harga Murah atas

Jaminan Nilai Residual. Jika persyaratan lease menetapkan

bahwa lessor akan menerima pembayaran sekaligus pada

akhir periode lease dalam bentuk opsi pembelian dengan

harga murah atau jaminan nilai residual, maka pembayaran

lease minimum mencakup jumlah ini. Dengan demikian

piutang akan bertambah sebesar jumlah kotor pembayaran

mendatang, pendapatan bunga akan diterima di muka

bertambah sebesar bunga atas pembayaran pada akhir lease

dan penjualan bertambah sebesar nilai sekarang dari

tambahan tersebut. Dengan adanya pembayaran tambahan

ini, maka nilai pasar wajar aktiva lease akan cenderung naik

sebesar nilai sekarang pembayaran tambahan tersebut.

VII. PENGUNGKAPAN AKUNTANSI UNTUK LEASING

FASB telah menetapkan persyaratan pengungkapan

untuk semua lease, tanpa memperhatikan apakah lease itu

digolongkan sebagai lease operasi atau lease modal.

Informasi yang diharuskan tersebut melengkapi

pengungkapan yang disyaratkan di dalam laporan keuangan,

dan biasanya dimasukkan di dalam catatan tersendiri atas

laporan keuangan. Informasi berikut wajib dicantumkan untuk

semua lease yang mengandung periode lease awal atau

periode sisa yang tidak dapat dibatalkan di atas satu tahun:

Lesee

1. Jumlah kotor aktiva yang dicatat sebagai lease modal

dan akumulasi penyusutannya pada setiap tanggal

neraca yang disajikan menurut kelompok utama

berdasarkan sifat fungsinya.

2. Pembayaran sewa minimum mendatang yang

diwajibkan per tanggal neraca terakhir yang disajikan

secara agregat dan untuk lima tahun fiskal berikutnya.

Pembayaran ini harus dipisahkan antara lease operasi

dan lease modal. Untuk lease modal, biaya eksekutori

harus dikeluarkan.

3. Beban sewa pada setiap periode untuk mana

perhitungan rugi-laba disiapkan. Informasi tambahan

mengenai sewa minimum, sewa kontinjen, dan sewa

sublease harus disajikan untuk periode yang sama.

4. Penjelasan umum tentang kontrak lease, termasuk

informasi tentang pembatasan atas hal-hal seperti

dividen, hutang tambahan, dan leasing tambahan.

5. Untuk lease modal, jumlah bunga yang diperlukan untuk

mengurangi pembayaran lease agar sama dengan nilai

sekarangnya.

Perusahaan melease fasilitas dan peralatan produksi,

administrasi, transportasi, dan lainnya. Lease ini umumnya

menyatakan bahwa perusahaan membayar beban pajak,

asuransi dan pemeliharaan yang berkaitan dengan aktiva

lease. Berbeda dengan perlakuan akuntansi dari sisi lessor.

Lessor

1. Unsur-unsur berikut dari investasi bersih dalam lease

jenis penjualan dan lease pembiayaan langsung pada

setiap tanggal neraca:

a) piutang pembayaran lease minimum pada periode

mendatang dengan menyajikan pengurangan

tersendiri untuk biaya eksekutori dan akumulasi

penyisihan untuk piutang pembayaran lease

minimum yang tidak tertagih;

b) nilai residual tidak dijamin yang memberi

keuntungan bagi lessor.

c) Pendapatan diterima di muka;

d) Biaya langung awal, untuk lease pembiayaan

langsung saja.

2. Pembayaran lease minimum mendatang yang akan

diterima setiap tahun selama lima tahun berturut-turut

per tanggal neraca terakhir yang disajikan, termasuk

informasi mengenai sewa kontinjen;

3. Jumlah pendapatan diterima di muka yang termasuk di

dalam laba guna meng-offset biaya langsung awal

untuk setiap tahun penyajian perhitungan rugi-laba;

4. Untuk lease operasi, harga pokok aktiva lease kepada

pihak lain dan akumulasi penyusutannya;

5. Penjelasan umum tentang perjanjian leasing bagi

lessor.

KEPUSTAKAAN

Kieso, Donald E., and Weygandt, Jerry J., and Warfield, Terry D.,

2004, Intermediate Accounting, 11th edition, John Wiley &

Sons Inc., USA

Skousen, K. Fred, and Stice, Earl K., and Stice, James D., 1997,

Intermediate Accounting, 13rd edition, South-Western

College Publishing, Cincinnati, Ohio

Pratt, Jamie, 2000, Financial Accounting in an economic context,

4th edition, South-Western College Publishing, Cincinnati,

Ohio

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan per

1 April 2002, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

komplikasi gangguan NAPZA

PENDAHULUAN
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA :

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine
Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
PEMBAHASAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :
1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :
1. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
2. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
3. Opioda sintetik : Metadon.
Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.
2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah
3. KANABIS :
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.
Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
4. AMPHETAMINE :
Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada 2 jenis Amphetamine :
a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )
Nama jalanan : Inex, xtc.
Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.
b. Metamphetamine ice
Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
5. LSD ( Lysergic Acid ).
Termasuk dalam golongan halusinogen.
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 - 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam.
6. SEDATIF – HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN ) :
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu.
8. ALKOHOL :
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.
Nama jalanan : booze, drink.
Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual :
Cenderung memberontak
Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
Lingkungan Keluarga :
-Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
-Hubungan kurang harmonis
Orang tua yang bercerai, kawin lagi
-Orang tua yang bercerai, kawin lagi
Lingkungan Sekolah :
-Sekolah yang kurang disiplin
-Sekolah terletak dSekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa -untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positifekat tempat hiburan
GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA :
1. Perubahan Fisik :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
- Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.
- Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin
di kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
PENGARUH PENYALAHGUNAAN NAPZA
NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
- gangguan daya ingat
- gangguan perhatian / konsentrasi
- gangguan bertindak rasional
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru ( Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS
f. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan



PENUTUP
UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.

10 Makanan Pemacu Ingatan


Dalam otak manusia terdapat satu triliun sel otak termasuk 100 miliar sel saraf aktif (neuron) dan 900 miliar sel lain yang merekatkan, memelihara dan menyelubungi neuron. Setiap satu dari 100 miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak 20.000 cabang (dendrit).

Cabang yang seperti sebuah pohon ini berfungsi menyimpan informasi. Kehebatan lain: sel otak aktif mampu membentuk koneksi (sinapsis) dengan kecepatan luar biasa (3 miliar per detik!). Koneksi tersebut adalah kunci kekuatan otak. Salah satu cara mempertahankan koneksi yang baik tersebut adalah dengan memperhatikan asupan gizi sehari-hari, berikut adalah sepuluh besar makanan pemacu ingatan:

  1. Ikan: (terutama ikan air tawar seperti salem, trout, tuna, herring, makarel dan sarden) banyak mengandung lesitin (kolin), fenilalanin, asam ribonukleat, tirosin, DMAE, vitamin B6, niasin/B3, tembaga, protein, seng, asam lemak omega-3 (DHA), vitamin B12.
  2. Telur: mengandung fenilalanin, lesitin (kolin), vitamin B6, vitamin E.
  3. Kedelai: mengandung lesitin (kolin), asam glutamik, fenilalanin, vitamin E, besi, seng, protein, vitamin B6.
  4. Daging sapi tanpa lemak: mengandung fenilalanin, lesitin (kolin, asam glutamik, besi, seng.
  5. Hati ayam: mengandung tirosin, vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, protein, zat besi.
  6. Gandum: mengandung lesitin (kolin), asam glutamik, vitamin B6, magnesium, vitamin E, vitamin B1.
  7. Ayam: mengandung fenilalanin, vitamin B6, niasin/B3, protein.
  8. Pisang: mengandung tirosin, magnesium, potassium, vitamin B6.
  9. Produk susu rendah lemak: mengandung fenilalanin, tirosin, slutamin, protein, ALC, vitamin B12
  10. Alpukat (avocado): tirosin, magnesium.

Sumber: The Great Memory Book by Karen Markowitz and Eric Jensen

asuhan keperawatan DHF

1.Pengertian

DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

2.Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

3.Patofisiologi

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

4.Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.

Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

5.Diagnosis

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

b. Manifestasi perdarahan :

1)Uji tourniquet positif

2)Petekia, purpura, ekimosis

3)Epistaksis, perdarahan gusi

4)Hematemesis, melena.

c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

d. Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

6.Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi

4 derajat (Menurut WHO, 1986) :

a.Derajat

I, trombositopenia dan hemokonsentrasi.Ã…Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet

b.Derajat II Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

c.Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

7.Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

8.Diagnosa Banding

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya. Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

b.Demam typhoid Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.

c.Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.

9.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

a.Tirah baring atau istirahat baring.

b.Diet makan lunak.

c.Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.

e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

h.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

b.Hematokrit yang cenderung mengikat.

10.Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a.Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b.Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.

c.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a.Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

b.Tanpa insektisida Caranya adalah :

1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).

2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah klien.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).
1.Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a.Data subyektif Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :

1.)Lemah.

2.)Panas atau demam.

3.)Sakit kepala.

4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

5.)Nyeri ulu hati.

6.)Nyeri pada otot dan sendi.

7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.)Konstipasi (sembelit).

b.Data obyektif :

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :

1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.

4)Hiperemia pada tenggorokan.

5)Nyeri tekan pada epigastrik.

6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

1)Ig G dengue positif.

2)Trombositopenia.

3)Hemoglobin meningkat > 20 %.

4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil

1)SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3)Waktu perdarahan memanjang.

4)Asidosis metabolik.

5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

2.Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante Effendy, 1995 yaitu :

a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

f.Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).

h.Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
3.Perencanaan Keperawatan

a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Tujuan :

Suhu tubuh normal (36 – 370C).

Pasien bebas dari demam.

Intervensi :

5)Kaji saat timbulnya demam.

Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

6)Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.

Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2,5 liter/24 jam.
±

7)Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

8)Berikan kompres hangat.

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

9)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

10)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Tujuan :

Rasa nyaman pasien terpenuhi.

Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
1)Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2)Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

3)Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

4)Berikan obat-obat analgetik

Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan. Intervensi :

1)Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2)Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan. Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.

3)Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .

4)Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.

5)Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

6)Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

7)Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

Tujuan :

Volume cairan terpenuhi.

Intervensi :

1)Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.

2)Observasi tanda-tanda syock.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

3)Berikan cairan intravena sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.

4)Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

5)Catat intake dan output.

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan :
Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

Intervensi :

1)Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2)Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

3)Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.

Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.

4)Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

f.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh

Tujuan :

Tidak terjadi syok hipovolemik.

Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Keadaan umum baik.

Intervensi :

1)Monitor keadaan umum pasien

Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.

2)Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

3)Monitor tanda perdarahan.

Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.

4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

5)Berikan transfusi sesuai program dokter.

Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6)Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.

g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).

Tujuan : – Tidak terjadi infeksi pada pasien.

Intervensi :

1)Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.

2)Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.

3)Observasi daerah pemasangan infus.

Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.

4)Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.

h.Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuan :

Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi :

1)Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

2)Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.

3)Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.

Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

4)Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.

Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.

i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

Tujuan : – Kecemasan berkurang.

Intervensi :

1)Kaji rasa cemas yang dialami pasien.

Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

2)Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

3)Tunjukkan sifat empati

Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.

4)Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.

5)Gunakan komunikasi terapeutik

Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

4.Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi Keperawatan.

Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.

Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

a.Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.

b.Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

c.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.

d.Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.

e.Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.

f.Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.

g.Infeksi tidak terjadi.

h.Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.

i.Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.

Sumber:
1.Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
2.Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
3.Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
4.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.

AKUNTANSI UNTUK LEASING

ABSTRAK

Leasing adalah satu arah untuk mempunyai harta berwujud tanpa membelanjakan banyak uang. Leasing dapat dibagi menjadi dua jenis: operating lease dan capital lease. kita harus membayar pembayaran angsuran pada waktu tertentu. Sewa Operasi adalah transaksi leasing, sebab ada tidak (ada) pilihan pembelian, kepemilikan memindahkan, menyewa periode kurang dari 75% masa penggunaan dan nilai sekarang tidak lebih dari 90% dari nilai harga pasar yang disewa. Catatan ini menguraikan teknik akuntansi yang berhubungan dengan menyewa transaksi, kedua-duanya: penyewa dan pemberi sewaan.

Kata Kunci: sewa operasional, sewa [modal/ibukota], penyewa, pemberi sewaan

I. PENGERTIAN LEASING

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 30 mengistilahkan leasing menjadi kegiatan sewa guna usaha dalam Buku Standar Akuntansi Keuangan. Kegiatan sewa guna usaha diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan clan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/ 2/1974 clan No. 30/Kpb/I/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang "Perijinan Usaha Leasing", Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha.

Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan bersama perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai

alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim. Sekarang mari kita lihat tentang definisi leasing. SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian menyatakan: “Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama” Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim disebut financial lease atau pembiayaan dengan cara sewa guna usaha. Namun demikian, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/ KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas yang menampung definisi berikut ini:

“ Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Financial Lease maupun Operating Lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.”

Capital Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, di mana Penyewa Guna Usaha pada akhir masa kontrak memiliki hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Operating Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha di mana Penyewa Guna Usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha. Kieso et. al. (2004) mendefinisikan leasing sebagai berikut:

A lease is contractual agreement between a lessor and a lessee that gives the lessee the right to use specific property, owned by the lessor, for a specified period of time in return for stipulated, and generally periodic, cash payments (rent).

II. KEUNGGULAN LEASING DARI SEGI EKONOMI

Skousen et. al. (2003) menuliskan tiga keunggulan utama bagi lessee untuk leasing daripada membeli :

1. Tidak ada uang muka;

Perjanjian lease seringkali dibuat sedemikian rupa sehingga 100 % nilai aktiva dibiayai melalui lease. Tentu saja banyak kontrak leasing membutuhkan uang muka – sebagai contoh, perhatikan iklan yang Anda lihat untuk kontrak leasing sebuah mobil.

2. Menghindari risiko kepemilikan;

Ada banyak risiko yang menyertai kepemilikian dari suatu aset. Ini mencakup kerugian karena bencana, keausan, perubahan kondisi ekonomi, dan kerusakan fisik.

3. Fleksibilitas;

Kondisi bisnis dan persyaratan berubah setiap saat. Jika aset dileasekan, perusahaan dapat mengganti aset tersebut dengan mudah sebagai respon terhadap perubahan. Contoh dari kondisi ini adalah industri berteknologi tinggi dengan perubahan yang cepat di bidang komputer, robotik, dan telekomunikasi. Fleksibilitas adalah alasan utama berkembangnya leasing otomotif. Sedangkan keuntungan bagi Lessor dengan meleasingkan asetnya daripada menjual adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan penjualan.

Dengan menawarkan kepada konsumen potensial pilihan untuk melease produknya, manufaktur atau dealer dapat secara signifikan meningkatkan volume penjualan.

  1. Kelangsungan hubungan dengan lessee.

Dalam leasing, lessor dan lessee mempertahankan hubungan selama periode tertentu dan hubungan bisnis jangka panjang sering terbina melalui leasing.

  1. Nilai sisa dipertahankan.

Di dalam kontrak lease, hak kepemilikan dari aset yang dilease tidak pernah beralih ke lessee. Keuntungan lessor dari kondisi ekonomi dapat menimbulkan nilai residu yang signifikan pada akhir periode leasing. Lessor dapat meleasekan aset kepada lessee yang lain atau menjual aset dengan mengakui keuntungan penjualan. Dalam ringkasan, kontrak lease sering terdengar sebagai praktek bisnis baik bagi lessee maupun lessor. Sisa dari bab ini akan mendiskusikan kerumitan dan ketertarikan perlakuan

akuntansi untuk lease.

Akuntansi leasing dibagi menjadi dua kelompok besar – Capital Lease (Lease Modal) dan Operating Lease (Lease Operasi). Jika kontrak lease mensinyalir adanya perpindahan aset dari lessor ke lessee dianggap sebagai Capital Lease. Dianggap sebagai operating lease apabila perjanjian digolongkan sebagai perjanjian sewa, tidak ada perubahan kepemilikan. Pendapatan sewa lease diakui setiap tahun saat pembayaran lease ditagih.

Pada pembahasan selanjutnya berisi deskripsi yang lebih rinci tentang persyaratan yang ditemukan dalam kontrak lease. Perlakuan akuntansi khusus akan digunakan untuk membedakan operating lease dan capital lease.

III. SIFAT-SIFAT LEASE

Ketentuan kontrak lease berbeda-beda seperti: syarat pembatalan dan denda, opsi pembaruan dan pembelian dengan harga murah, periode lease, umur ekonomis aktiva, nilai residu, pembayaran lease minimum, suku bunga implisit dari kontrak lease, dan tingkat resiko yang ditanggung lessee, termasuk pembayaran biaya tertentu seperti pemeliharaan, asuransi, dan pajak.

Syarat-syarat pembatalan

Beberapa leasing tidak dapat dibatalkan, artinya kontrak leasing ini hanya dapat dibatalkan apabila ada ketidakpastian di masa yang akan datang atau syarat-syarat pembatalan dan denda pada leasing ini sangat mahal bagi lessee sehingga pembatalan tidak terjadi. Semua leasing yang dapat dibatalkan termasuk dalam operating lease; beberapa, tidak semua, leasing yang tidak dapat dibatalkan termasuk dalam capital lease.

Opsi pembelian dengan harga murah

Leasing kadang termasuk syarat yang diberikan kepada lessee, hak untuk membeli aset diwaktu yang akan datang. Jika opsi pembelian dengan harga tertentu yang telah dipertimbangkan diharapkan lebih kecil daripada harga pasar saat opsi untuk membeli maka opsi tersebut dapat diterima, kemudian opsi tersebut akan disebut bargain purchase option. Leasing dengan opsi untuk membeli termasuk dalam capital lease.

Periode lease

Untuk tujuan akuntansi, akhir dari periode lease didefinisikan sebagai akhir dari periode leasing yang tidak dapat dibatalkan, ditambah semua opsi pembaruan yang dijalankan. Opsi untuk pembaruan adalah syarat leasing seperti tingkat bunga leasing yang menarik atau syarat-syarat lain yang lebih disenangi, yang, dalam perjanjian lease dianggap sebagai pembaruan yang lebih panjang dari masa periode lease yang sudah disepakati.

Nilai residu

Harga pasar dari aset yang dilease diakhir periode lease dianggap sebagai nilai residu. Dalam beberapa perjanjian leasing, periode leasing diperpanjang sampai hampir seluruh umur ekonomis aset atau jangka waktu selama aset terus berproduksi, dan ada sedikit, nilai residu.

Pembayaran Leasing Minimum

Pembayaran sewa membutuhkan jangka waktu lease ditambah jumlah apapun yang harus dibayar untuk nilai residu baik itu opsi untuk membeli atau jaminan nilai residu termasuk dalam pembayaran leasing minimum. Pembayaran leasing terkadang termasuk pengenaan biaya seperti asuransi, pemeliharaan, dan pajak yang terjadi pada aset yang dilease. Biaya ini disebut sebagai executory cost dan tidak termasuk dalam pembayaran leasing minimum.

IV. KRITERIA PENGGOLONGAN LEASE

Topik akuntansi tentang leasing di Indonesia dinyatakan dalam PSAK No. 30. Sedangkan di Amerika Serikat (USA), FASB menerbitkan statement No. 13, “Akuntansi untuk leasing”. Tujuannya untuk menggambarkan kenyataan ekonomi dalam leasing dengan memperlakukan beberapa lease jangka panjang menjadi pelaporan sebagai pembelian harta bagi lessee dan penjualan bagi lessor. Kriteria untuk menentukan walaupun lease hanya sebuah kontrak persewaan (lease operasi) atau sebagai pembelian properti. (lease modal). Kriteria klasifikasi lease dan penggunaannya bagi lessee dan lessor diringkas dalam peraga berikut :

Lease Modal Lease Operasi

Ya <------------------------Pengalihan Pemilikan --------------------> Tidak

Ya <----------------Opsi Pembelian Dengan Harga Murah ------> Tidak

Ya <-----Jangka Lease > 75% Taksiran Umur Ekonomis -----> Tidak

Ya <------ Nilai Sekarang Pembayaran > 90% Nilai Pasar ----> Tidak

Kriteria tambahan yang berlaku untuk lessor :

1. Ketertagihan pembayaran lease minimum cukup dapat diramalkan.

2. Biaya yang masih akan dikeluarkan oleh lessor telah diketahui.

Lessee : Lease modal jika salah satu dari kriteria umum terpenuhi.

Lessor : Lease modal jika salah satu dari kriteria umum terpenuhi dan kedua kriteria tambahan terpenuhi.

Kriteria penggolongan - Lessee dan Lessor

Keempat kriteria umum yang berlaku untuk semua lease baik bagi lessee maupun lessor berkaitan dengan pengalihan pemilikan, opsi pembelian dengan harga murah, umur ekonomis, dan nilai pasar. Kriteria pengalihan kepemilikan terpenuhi jika lease mengandung ketentuan yang mengalihkan pemilikan sepenuhnya atas harta kepada lease pada akhir periode lease. Kriteria terdapatnya opsi pembelian terpenuhi jika lease berisikan opsi pembelian dengan harga murah. Kriteria ketiga berhubungan dengan umur ekonomis dari suatu aktiva. Kriteria ini terpenuhi jika periode lease sama dengan atau lebih daripada 75% taksiran umur ekonomis harta yang dilease. Kriteria umum yang keempat berfokus pada hubungan nilai pasar wajar anuitas pembayaran lease. Kriteria ini terpenuhi jika nilai sekarang pada awal periode lease dari pembayaran lease minimum, tidak termasuk biaya eksekutori, sama dengan atau lebih dari 90% dari nilai pasar wajar aktiva. Suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan pembayaran lease minimum sangat berperan dalam menentukan apakah kriteria pembayaran pokok investasi dipenuhi. Semakin rendah suku bunga diskonto yang digunakan, semakin tinggi nilai sekarang pembayaran lease minimum dan semakin besar kemungkinan bahwa kriteria pembayaran pokok investasi sebesar 90% akan terpenuhi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, FASB menetapkan bahwa lessor harus menggunakan suku bunga implisit dari perjanjian lease. Lessee juga menggunakan suku bunga implisit dari lessor jika hal itu diketahui dan jika lebih rendah daripada suku bunga pinjaman inkremental dari lessee. Jika lessee tidak dapat menentukan suku bunga implisit lessor, maka dia harus menggunakan suku bunga pinjaman inkrementalnya.

Karena suku bunga pinjaman inkremental kerap kali lebih tinggi daripada suku bunga implisit, dan karena lessee pada umumnya tidak ingin mengkapitalisasi lease, banyak lessee menggunakan suku bunga pinjaman inkremental dan tidak berupaya menaksir suku bunga implisit. Pada tahun 1980-an, mengusulkan pengetatan kriteria lease modal dengan mengharuskan lessee untuk memperkirakan suku bunga implisit dalam semua masalah. FASB mengeluarkan proposal pada saat kecaman ketentuan proposal ini menjadi meluas.

Kriteria Penggolongan Tambahan – Lessor

Selain memenuhi salah satu dari empat kriteria umum, lessor harus memenuhi dua kriteria tambahan agar boleh melaporkan suatu lease sebagai lease modal yaitu : Penagihan pembayaran lease minimum cukup bisa diramalkan dan sebagian besar pengeluaran telah dilakukan dalam kegiatan yang dilakukan oleh lessor.

Peraga Penetapan Kriteria Penggolongan Lease untuk Situasi Lease

Ketentuan Lease Lease # 1 Lease # 2 Lease # 3 Lease # 4

Dapat dibatalkan Tidak Tidak Ya Ya

Hak berpindah kepada lesse Tidak Ya Tidak Ya

Opsi pembelian dgn harga

murah

Tidak Tidak Ya Tidak

Periode lease 10 tahun 10 tahun 8 tahun 10 tahun

Umur ekonomis aktiva 14 tahun 15 tahun 13 tahun 12 tahun

Nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum sebagai

persentase dari nilai pasar

wajar-suku bunga incremental

80% 79% 95% 76%

Ketentuan Lease Lease # 1 Lease # 2 Lease # 3 Lease # 4

Nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum sebagai

persentase dari nilai pasar

wajar-suku bunga implisit

92% 91% 92% 82%

Lesse mengetahui suku bunga

implisit

Tidak Tidak Ya Ya

Nilai residual yang tidak dijamin Ya Tidak Tidak Tidak

Nilai residual dijamin pihak

ketiga

Tidak Ya Tidak Tidak

Nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum tanpa nilai

residual yang dijamin pihak

ketiga sebagai persentase nilai

pasar wajar-suku bunga implisit

92% 80% 92% 82%

Pembayaran sewa data ditagih

dan biaya lessor sudah pasti

Ya Ya Tidak Ya

Analisis atas lease:

Lesse

Diperlakukan sebagai lease

modal

Tidak Ya Ya Tidak

Kriteria yang dipenuhi Tidak ada 1 2 dan 4

Penggunaan suku bunga

pinjaman inkremental

Tidak tepat Ya Tidak

Periode amortisasi Tidak tepat 15 tahun 13 tahun

Harus

bersifat

tidak dapat

dibatalkan

Ketentuan Lease Lease # 1 Lease # 2 Lease # 3 Lease # 4

Lessor

Perlakuan sebagai lease modal Ya Ya Tidak Tidak

Yang dipenuhi dari 4 kriteria

prename

4 1 dan 4 2 dan 4

Kriteria lessor terpenuhi Ya Ya Tidak

Harus

bersifat

tidak data

dibatalkan

V. AKUNTANSI UNTUK LEASE LESSEE

Dari segi lessee, leasing digolongkan menjadi dua jenis

yaitu lease operasi (operating lease) dan lease modal (capital

lease). Jika suatu lease memenuhi salah satu dari 4 kriteria

penggolongan yang dibahas sebelumnya, maka lease itu

diperlakukan sebagai lease modal. Sebaliknya, jika kriteria itu

tidak ada yang terpenuhi maka digolongkan sebagai lease

operasi.

Akuntansi bagi Lease Operasi – Lesse

Lease operasi dianggap merupakan perjanjian sewa biasa.

Misalkan persyaratan lease bagi peralatan pabrik adalah

pembayaran biaya lease $40.000 setiap tahun. Ayat jurnal

pencatatan pembayaran sewa setahun akan menjadi sebagai

berikut:

Beban Sewa ………………………………………40.000

Kas …………………………………………….40.000

Akuntansi bagi Lease Modal – Lesse

Lease modal (capital lease) dianggap lebih merupakan

pembelian harta daripada penyewaan. Akibatnya akuntansi

bagi lease modal oleh pihak lesse menuntut ayat jurnal yang

mirip dengan jurnal transaksi pembelian aktiva dengan kredit

jangka panjang. Jumlah yang harus dicatat sebagai aktiva dan

sebagai kewajiban adalah nilai sekarang dari pembayaran

lease minimum dimasa mendatang sebagaimana telah

didefinisikan sebelumnya.

Nilai harta harus diamortisasi sesuai dengan kebijakan

penyusutan normal dari lesse. Periode amortisasi yang akan

digunakan tergantung kriteria yang digunakan untuk

menggolongkan lease sebagai lease modal. Jika kualifikasi

lease adanya transfer kepemilikan dan opsi pembelian murah,

umur ekonomi dari harta harus digunakan sejak diasumsikan

lessee akan mengambil alih asset tersebut untuk mengetahui

umur pakai dari aktiva tersebut pada akhir periode lease.

Perkiraan hutang lease harus dikurangkan setiap periode

karena telah dilakukan pembayarannya. Suku bunga

inkremental bagi lessee atau suku bunga implisit bagi lessor,

digunakan mana yang lebih rendah digunakan untuk

menghitung biaya bunga. Jika pembayaran dilakukan pada

bulan Januari maka bunga akrual pada 31 Desember harus

diakui. Kebijakan biaya penyusutan adalah garis lurus.

VI. AKUNTANSI UNTUK LEASE LESSOR

Sebagaimana diperlihatkan di muka, jika lease

memenuhi salah satu dari empat kriteria yang berlaku bagi

lessee maupun lessor, ditambah kedua persyaratan bagi

lessor (yakni ketertagihan dan penyelesaian sebagian besar

biaya yang harus dikeluarkan), maka lease itu digolongkan

sebagai lease modal oleh lessor dan dicatat entah sebagai

lease pembiayaan langsung ataupun sebagai lease jenis

penjualan.

Lease pembiayaan langsung melibatkan lessor yang

terutama bergerak dalam kegiatan pembiayaan, seperti bank

atau lembaga keuangan. Lessor memandang lease tersebut

sebagai investasi. Pendapatan yang dihasilkan lease jenis ini

adalah pendapatan bunga. Lease jenis penjualan

melibatkan produsen atau penyalur yang menggunakan lease

sebagai salah satu cara untuk memudahkan pemasaran

produknya. Dengan demikian, ada dua jenis pendapatan

yang berbeda dari lease semacam ini, yaitu (1) laba atau

kerugian langsung yang merupakan selisih antara harga

pokok harta yang dilease dengan harga jualnya, atau nilai

wajarnya, pada saat lease diprakarsai, dan (2) pendapatan

bunga yang diperoleh selama lessee melakukan pembayaran

sewa yang melunasi kewajiban sewa ditambah bunga.

Untuk lease operasi, lease pembiayaan langsung, atau

lease jenis penjualan, lessor harus mengeluarkan biaya

tertentu, yang disebut sebagai biaya langsung awal, dalam

memperoleh lease. Biaya ini meliputi biaya negosiasi lease,

melaksanakan pemeriksaan kredit lessee dan menyiapkan

dokumen lease.

Akuntansi untuk Lease Operasi – Lessor

Akuntansi untuk lease operasi bagi lessor persis sama

seperti yang telah diuraikan untuk lessee. Lessor mengakui

pembayaran sebagai pendapatan ketika pembayaran

diterima. Jika ada variasi penting dalam persyaratan

pembayaran, maka akan diperlukan ayat jurnal untuk

mencerminkan pola garis lurus atas pengakuan pendapatan.

Biaya langsung awal yang dikeluarkan sehubungan dengan

lease operasi akan ditangguhkan dan kemudian diamortisasi

selama periode lease, sehingga ditandingkan dengan

pendapatan sewa.

Akuntansi untuk Lease Jenis-Penjualan

Akuntansi untuk lease jenis-penjualan menambah satu

dimensi lagi untuk pendapatan lessor, yaitu laba atau

kerugian langsung yang merupakan selisih antara harga jual

aktiva lease dengan harga pokok lessor dalam memproduksi

atau membeli aktiva tersebut. Terdapat tiga nilai yang harus

diidentifikasi untuk menentukan unsur-unsur rugi-laba

tersebut, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Pembayaran lease minimum seperti yang telah

dirumuskan di muka, untuk lease, yaitu pembayaran

sewa selama masa lease setelah dikurangi biaya

eksekutori yang termasuk di dalamnya ditambah jumlah

yang dibayarkan menurut opsi pembelian dengan harga

murah atau jaminan atas nilai residual.

2. Nilai pasar aktiva yang wajar.

3. Harga perolehan atau nilai terbawa aktiva bagi lessor

yang diperbesar oleh setiap biaya langsung awal

4. Pembayaran lease minimum seperti yang telah

dirumuskan di muka, untuk lease, yaitu pembayaran

sewa selama masa lease setelah dikurangi biaya

eksekutori yang termasuk di dalamnya ditambah jumlah

yang dibayarkan menurut opsi pembelian dengan harga

murah atau jaminan atas nilai residual.

5. Nilai pasar aktiva yang wajar.

6. Harga perolehan atau nilai terbawa aktiva bagi lessor

yang diperbesar oleh setiap biaya langsung awal

Laba pabrik atau penyalur adalah perbedaan antara nilai

pasar aktiva yang wajar [(2) di atas] dan harga perolehan

atau nilai terbawa aktiva bagi lessor [(3) diatas]. Jika harga

perolehan melebihi nilai pasar yang wajar, kerugian harus

dilaporkan. Perbedaan antara sewa kotor [(1) diatas] dan nilai

pasar harta yang wajar [(2) di atas] adalah pendapatan bunga

dan timbul karena tenggang waktu dalam membayar harta

seperti yang diuraikan dalam persyaratan lease.

Akuntasi untuk Lease Jenis-Penjualan yang

mempunyai Opsi Pembelian dengan Harga Murah atas

Jaminan Nilai Residual. Jika persyaratan lease menetapkan

bahwa lessor akan menerima pembayaran sekaligus pada

akhir periode lease dalam bentuk opsi pembelian dengan

harga murah atau jaminan nilai residual, maka pembayaran

lease minimum mencakup jumlah ini. Dengan demikian

piutang akan bertambah sebesar jumlah kotor pembayaran

mendatang, pendapatan bunga akan diterima di muka

bertambah sebesar bunga atas pembayaran pada akhir lease

dan penjualan bertambah sebesar nilai sekarang dari

tambahan tersebut. Dengan adanya pembayaran tambahan

ini, maka nilai pasar wajar aktiva lease akan cenderung naik

sebesar nilai sekarang pembayaran tambahan tersebut.

VII. PENGUNGKAPAN AKUNTANSI UNTUK LEASING

FASB telah menetapkan persyaratan pengungkapan

untuk semua lease, tanpa memperhatikan apakah lease itu

digolongkan sebagai lease operasi atau lease modal.

Informasi yang diharuskan tersebut melengkapi

pengungkapan yang disyaratkan di dalam laporan keuangan,

dan biasanya dimasukkan di dalam catatan tersendiri atas

laporan keuangan. Informasi berikut wajib dicantumkan untuk

semua lease yang mengandung periode lease awal atau

periode sisa yang tidak dapat dibatalkan di atas satu tahun:

Lesee

1. Jumlah kotor aktiva yang dicatat sebagai lease modal

dan akumulasi penyusutannya pada setiap tanggal

neraca yang disajikan menurut kelompok utama

berdasarkan sifat fungsinya.

2. Pembayaran sewa minimum mendatang yang

diwajibkan per tanggal neraca terakhir yang disajikan

secara agregat dan untuk lima tahun fiskal berikutnya.

Pembayaran ini harus dipisahkan antara lease operasi

dan lease modal. Untuk lease modal, biaya eksekutori

harus dikeluarkan.

3. Beban sewa pada setiap periode untuk mana

perhitungan rugi-laba disiapkan. Informasi tambahan

mengenai sewa minimum, sewa kontinjen, dan sewa

sublease harus disajikan untuk periode yang sama.

4. Penjelasan umum tentang kontrak lease, termasuk

informasi tentang pembatasan atas hal-hal seperti

dividen, hutang tambahan, dan leasing tambahan.

5. Untuk lease modal, jumlah bunga yang diperlukan untuk

mengurangi pembayaran lease agar sama dengan nilai

sekarangnya.

Perusahaan melease fasilitas dan peralatan produksi,

administrasi, transportasi, dan lainnya. Lease ini umumnya

menyatakan bahwa perusahaan membayar beban pajak,

asuransi dan pemeliharaan yang berkaitan dengan aktiva

lease. Berbeda dengan perlakuan akuntansi dari sisi lessor.

Lessor

1. Unsur-unsur berikut dari investasi bersih dalam lease

jenis penjualan dan lease pembiayaan langsung pada

setiap tanggal neraca:

a) piutang pembayaran lease minimum pada periode

mendatang dengan menyajikan pengurangan

tersendiri untuk biaya eksekutori dan akumulasi

penyisihan untuk piutang pembayaran lease

minimum yang tidak tertagih;

b) nilai residual tidak dijamin yang memberi

keuntungan bagi lessor.

c) Pendapatan diterima di muka;

d) Biaya langung awal, untuk lease pembiayaan

langsung saja.

2. Pembayaran lease minimum mendatang yang akan

diterima setiap tahun selama lima tahun berturut-turut

per tanggal neraca terakhir yang disajikan, termasuk

informasi mengenai sewa kontinjen;

3. Jumlah pendapatan diterima di muka yang termasuk di

dalam laba guna meng-offset biaya langsung awal

untuk setiap tahun penyajian perhitungan rugi-laba;

4. Untuk lease operasi, harga pokok aktiva lease kepada

pihak lain dan akumulasi penyusutannya;

5. Penjelasan umum tentang perjanjian leasing bagi

lessor.

KEPUSTAKAAN

Kieso, Donald E., and Weygandt, Jerry J., and Warfield, Terry D.,

2004, Intermediate Accounting, 11th edition, John Wiley &

Sons Inc., USA

Skousen, K. Fred, and Stice, Earl K., and Stice, James D., 1997,

Intermediate Accounting, 13rd edition, South-Western

College Publishing, Cincinnati, Ohio

Pratt, Jamie, 2000, Financial Accounting in an economic context,

4th edition, South-Western College Publishing, Cincinnati,

Ohio

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan per

1 April 2002, Penerbit Salemba Empat, Jakarta