Rabu, 09 Juni 2010

Sebutir pasir

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di
Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary, pernah ditanya
wartawan apa yang paling ditakutinya dalam menjelajah alam.
Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang
curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan
gersang sekali pun!

Lantas apa? "Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari
kaki," kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah
melanjutkan kata-katanya, "Sebutir pasir yang masuk di sela-
sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa
masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama
jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki
pun tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang
penjelajah sebab dia harus ditandu."

Harimau, buaya, dan beruang, meski buas, adalah binatang yang
secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi
jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah
sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir
pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak
mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.

Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya
sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil. Orang yang
malakukan dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman
keras atau membicarakan keburukan orang lain, sering menganggap
hal itu adalah dosa yang kecil. Karena itu, banyak orang yang
kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi
kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itu pun akan
berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan
masyarakat.

Melihat kemungkinan potensi kerusakan besar yang tercipta dari
dosa-dosa kecil itulah, Nabi Muhammad saw mewanti-wanti agar
ummatnya tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya tidak melupa
kan amal baik kendati kecil juga.

Dalam kisah sufi, seorang pelacur masuk surga hanya karena
memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung
dinilai sangat kecil itu ternyata di mata Allah punya nilai
sangat besar karena faktor keikhlasannya. Bukankah semua roh
yang ada di seluruh jagad ini, termasuk roh anjing tersebut,
hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha Pencipta juga? Itulah
nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada
anjing yang kehausan.

0 komentar:

Sebutir pasir

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di
Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary, pernah ditanya
wartawan apa yang paling ditakutinya dalam menjelajah alam.
Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang
curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan
gersang sekali pun!

Lantas apa? "Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari
kaki," kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah
melanjutkan kata-katanya, "Sebutir pasir yang masuk di sela-
sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa
masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama
jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki
pun tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang
penjelajah sebab dia harus ditandu."

Harimau, buaya, dan beruang, meski buas, adalah binatang yang
secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi
jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah
sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir
pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak
mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.

Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya
sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil. Orang yang
malakukan dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman
keras atau membicarakan keburukan orang lain, sering menganggap
hal itu adalah dosa yang kecil. Karena itu, banyak orang yang
kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi
kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itu pun akan
berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan
masyarakat.

Melihat kemungkinan potensi kerusakan besar yang tercipta dari
dosa-dosa kecil itulah, Nabi Muhammad saw mewanti-wanti agar
ummatnya tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya tidak melupa
kan amal baik kendati kecil juga.

Dalam kisah sufi, seorang pelacur masuk surga hanya karena
memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung
dinilai sangat kecil itu ternyata di mata Allah punya nilai
sangat besar karena faktor keikhlasannya. Bukankah semua roh
yang ada di seluruh jagad ini, termasuk roh anjing tersebut,
hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha Pencipta juga? Itulah
nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada
anjing yang kehausan.

0 komentar: